Rabu, 29 April 2015

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL

Religi berasal dari bahasa Latin ‘ereligio’ yang akar katanya adalah ‘religare’dan berarti ‘mengikat’. Maksudnya adalah bahwa di dalam religi (agama) pada umumnya terdapat aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan, yang semuanya itu berfungsi untuk mengikat dan mengutuhkan diri seseorang atau sekelompok orang dalam hubungannya terhadap Tuhan, sesama manusia serta alam sekitarnya.
Konsep Religiusitas Wiliam James
            Seperti telah dibahas dalam Bab 1, Wiliam James adalah salah satu tokoh terkemuka dalam psikologi Amerika di awal abad 20. Salah satu teorinya terkenal adalah teori munculnya emosi dari James Lange yang mengatakan bahwa seseorang mengalami emosi tertentu karena perilaku tertentu. Misalnya orang melihat harimau akan lari pontang-panting terlebih dahulu untuk menyelamatkan diri, baru muncul perasaan takut.
            Dalam bidangg psikologi agama, Wiliam James menulis buku yang sangat fenomenal yaitu The Varieties Of Religious Experience. James membagi ada dua tipe keberagamaan, yaitu the healthy minded dan the sick soul (lihat Wulff, 1991, Jalaludin, 2007). Kedua tipe ini pada dasarnya merupakan predisposisi  kepribadian seseorang untuk melihat dunia sesuai dengan persepsi mereka, sehingga akan berpengaruh terhadap cara pandang keberagamaan mereka.
            Dari beberapa uraian tentang teori Wiliam James ini (Wulff, 1991, James, 2003, jalaludin, 2007) penulis menyimpulkan bahwa orang yang memiliki the healthy-minded (jiwa yang sehat) secara kognitif memiliki cenderung melihat segala sesuatu disekitarnya sebagai sesuatu yang baik dan selalu optimis melihat masa depan.
            Jika menghadapi suatu permasalahan dalam kehidupan, dia selalu melihat sisi positif dari masalah itu sebagai pengayaan dan kematangan jiwa mereka, serta senantiasa mempunyai  harapan  bahwa Tuhan akan memberikan pertolongan melalui jalan yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya.
            Secara afektif emosional orang memiliki keberagamaan healthy-mind senantiasa merasa gembira dan bahagia. Dalam beragama mereka senantiasa  menerapkan prinsip kebersyukuran. Ketika mendapatkan sesuatu yang baik dia akan berterimakasih dan meningkatkan pengabdiannya kepada Tuhan. Ketika mendaptkan musibah, maka dia akan rela menerimanya sebagai bagian dari dirinya dan bersabar dalam menjalaninya. Mereka selalu yakin bahwa Tuhan senantiasa mendengarkan dan mengabulkan doany, meskipun hal itu tidak sesuai dengan keinginannya. Ini bukan berarti dia tidak merasakan kesedihan, namun kondisi ini biasanya bersifat temporer dan tidak sampai menguasai kehidupan mereka. Mereka memandang Tuhan penuh dengan rahmat, kasih sayang dan selalu mengampuni dosa-dosa dan banyak memberikan pahala.
            Dalam hubungan dengan orang lain, orang dengan healthy-mind cenderung bersikap terbuka. Mereka adalah orang yang ekstravet, beriorientasi ke luar yang dapat menerima pandangan dan pemikiran keberagamaan dari orang lain. Baik yang seagama namun berbeda kelompok, maupun dengan orang yang berbeda  agama. Mereka dapat menghargai keyakinan orang lain, tanpa harus saling mencampuri urusan dalam agama masing-masing. Selain itu orang healthy mind dalam beragama akan mengembangkan keikhlasan dalam memberikan bantuan dan pertolongan kepada orang lain. Mereka banyak mengorbankan kepentingannya sendiri untuk orang lain dan agamanaya.
            Kebalikan dari penjelasan diatas adalah orang yang memiliki tipe beragama the sick-soul (jiwa yang sakit). Secara kognitif mereka lebih mengembangkan sikap pesimis, yaitu selalu melihaat sisi negatif dan memandang segala sesuatu. Jika menghadapi sesuatu masalah dia akan memandang hal itu sebagai balasan dari dosanya yang telah dilaksanakan. Akibatnya secara emosional dia akan didominasi oleh rasa sedih, merasa penuh dosa yang tidak terampuni. Mereka menggambarkan sosok Tuhan dari sisi yang memberi hukuman, yang keras balasannya, tapi tidak melihat bahwa Tuhan jugga memiliki kasih sayang dan ampunan yang besar. Secara pribadi mereka lebih bersifat introvert, beriorientasi pada diri sendiri dan tertutup. Demikian juga dari pandangan teologis mereka bersifat tertutup. Mereka melihat bahwa hanya pandangan keberagamaan dirinya dan kelompoknya sebagai pandangan yang paling benar dan tidak ada kebenaran sedikitpun pada kelompok orang lain. Mereka cenderung menyalahkan orang dengan pandangan berbeda. Akibatnya mereka lebih ekslusif dalam beragama dan tidak mau bergaul dengan orang lain yang memiliki faham yang berbeda .
            Tipe beragama dalam teori Wiliam james kemungkinan ada kaitannya dengan latar belakang kehidupan masing-masing individu. Orang yang berkembang dalam lingkup kehidupan beragama yang sehat akan mempengaruhi kepribadian yang sehat dan selanjutnya individu tersebut akan mengembangkan tipe healthy mind. Sebaliknya tipe beragama the sick-soul kemungkinan besar memiliki latar belakang kehidupan keagamaan atau kepribadian yang tidak sehat. Mereka memiliki konflik batin yang tidak terselesaikan yang mempengaruhi kehidupan mereka secara tidak sadar, sehingga mereka bersikap pesimis dan melihat sisi negatif dari kehidupan beragama.
            Jadi dapat disimpulkan orang yang berkembang dalam lingkungan keluarga yang beragama yang sehat akan berpengaruh terhadap jiwanya yang sehat (healthy mind) atau sehat mentalnya. Sebaliknya, orang yang dari latar belakang kehidupannya tidak beragama  cenderung akan mengalami kepribadian yang tidak sehat (sick soul) yang menyebabkan penyakit-penyakit mental bermunculan.
DAFTAR PUSTAKA
Subandi, M. A. 2013. Psikologi Agama & Kesehatan Mental. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jalaludin. 2007. Psikologi Agama. Jakarta: Rajja Grafindo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar