Religi berasal dari bahasa Latin ‘ereligio’ yang akar katanya
adalah ‘religare’dan berarti ‘mengikat’. Maksudnya adalah bahwa di dalam religi
(agama) pada umumnya terdapat aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus
dilaksanakan, yang semuanya itu berfungsi untuk mengikat dan mengutuhkan diri
seseorang atau sekelompok orang dalam hubungannya terhadap Tuhan, sesama
manusia serta alam sekitarnya.
Konsep Religiusitas
Wiliam James
Seperti telah dibahas dalam Bab 1, Wiliam James adalah salah satu tokoh
terkemuka dalam psikologi Amerika di awal abad 20. Salah satu teorinya terkenal
adalah teori munculnya emosi dari James Lange yang mengatakan bahwa seseorang
mengalami emosi tertentu karena perilaku tertentu. Misalnya orang melihat
harimau akan lari pontang-panting terlebih dahulu untuk menyelamatkan diri,
baru muncul perasaan takut.
Dalam
bidangg psikologi agama, Wiliam James menulis buku yang sangat fenomenal yaitu The Varieties Of Religious Experience. James
membagi ada dua tipe keberagamaan, yaitu the
healthy minded dan the sick soul (lihat
Wulff, 1991, Jalaludin, 2007). Kedua tipe ini pada dasarnya merupakan
predisposisi kepribadian seseorang untuk
melihat dunia sesuai dengan persepsi mereka, sehingga akan berpengaruh terhadap
cara pandang keberagamaan mereka.
Dari
beberapa uraian tentang teori Wiliam James ini (Wulff, 1991, James, 2003,
jalaludin, 2007) penulis menyimpulkan bahwa orang yang memiliki the healthy-minded (jiwa yang sehat)
secara kognitif memiliki cenderung melihat segala sesuatu disekitarnya sebagai
sesuatu yang baik dan selalu optimis melihat masa depan.
Jika
menghadapi suatu permasalahan dalam kehidupan, dia selalu melihat sisi positif
dari masalah itu sebagai pengayaan dan kematangan jiwa mereka, serta senantiasa
mempunyai harapan bahwa Tuhan akan memberikan pertolongan
melalui jalan yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya.
Secara
afektif emosional orang memiliki keberagamaan healthy-mind senantiasa merasa
gembira dan bahagia. Dalam beragama mereka senantiasa menerapkan prinsip kebersyukuran. Ketika
mendapatkan sesuatu yang baik dia akan berterimakasih dan meningkatkan
pengabdiannya kepada Tuhan. Ketika mendaptkan musibah, maka dia akan rela
menerimanya sebagai bagian dari dirinya dan bersabar dalam menjalaninya. Mereka
selalu yakin bahwa Tuhan senantiasa mendengarkan dan mengabulkan doany,
meskipun hal itu tidak sesuai dengan keinginannya. Ini bukan berarti dia tidak
merasakan kesedihan, namun kondisi ini biasanya bersifat temporer dan tidak
sampai menguasai kehidupan mereka. Mereka memandang Tuhan penuh dengan rahmat,
kasih sayang dan selalu mengampuni dosa-dosa dan banyak memberikan pahala.
Dalam
hubungan dengan orang lain, orang dengan healthy-mind
cenderung bersikap terbuka. Mereka adalah orang yang ekstravet,
beriorientasi ke luar yang dapat menerima pandangan dan pemikiran keberagamaan
dari orang lain. Baik yang seagama namun berbeda kelompok, maupun dengan orang
yang berbeda agama. Mereka dapat
menghargai keyakinan orang lain, tanpa harus saling mencampuri urusan dalam agama
masing-masing. Selain itu orang healthy
mind dalam beragama akan mengembangkan keikhlasan dalam memberikan bantuan
dan pertolongan kepada orang lain. Mereka banyak mengorbankan kepentingannya
sendiri untuk orang lain dan agamanaya.
Kebalikan
dari penjelasan diatas adalah orang yang memiliki tipe beragama the sick-soul (jiwa yang sakit). Secara
kognitif mereka lebih mengembangkan sikap pesimis, yaitu selalu melihaat sisi
negatif dan memandang segala sesuatu. Jika menghadapi sesuatu masalah dia akan
memandang hal itu sebagai balasan dari dosanya yang telah dilaksanakan.
Akibatnya secara emosional dia akan didominasi oleh rasa sedih, merasa penuh
dosa yang tidak terampuni. Mereka menggambarkan sosok Tuhan dari sisi yang
memberi hukuman, yang keras balasannya, tapi tidak melihat bahwa Tuhan jugga
memiliki kasih sayang dan ampunan yang besar. Secara pribadi mereka lebih
bersifat introvert, beriorientasi pada diri sendiri dan tertutup. Demikian juga
dari pandangan teologis mereka bersifat tertutup. Mereka melihat bahwa hanya
pandangan keberagamaan dirinya dan kelompoknya sebagai pandangan yang paling
benar dan tidak ada kebenaran sedikitpun pada kelompok orang lain. Mereka
cenderung menyalahkan orang dengan pandangan berbeda. Akibatnya mereka lebih
ekslusif dalam beragama dan tidak mau bergaul dengan orang lain yang memiliki
faham yang berbeda .
Tipe
beragama dalam teori Wiliam james kemungkinan ada kaitannya dengan latar
belakang kehidupan masing-masing individu. Orang yang berkembang dalam lingkup
kehidupan beragama yang sehat akan mempengaruhi kepribadian yang sehat dan
selanjutnya individu tersebut akan mengembangkan tipe healthy mind. Sebaliknya tipe beragama the sick-soul kemungkinan besar memiliki latar belakang kehidupan
keagamaan atau kepribadian yang tidak sehat. Mereka memiliki konflik batin yang
tidak terselesaikan yang mempengaruhi kehidupan mereka secara tidak sadar,
sehingga mereka bersikap pesimis dan melihat sisi negatif dari kehidupan
beragama.
Jadi dapat
disimpulkan orang yang berkembang dalam lingkungan keluarga yang beragama yang
sehat akan berpengaruh terhadap jiwanya yang sehat (healthy mind) atau sehat mentalnya. Sebaliknya, orang yang dari
latar belakang kehidupannya tidak beragama
cenderung akan mengalami kepribadian yang tidak sehat (sick soul) yang menyebabkan
penyakit-penyakit mental bermunculan.
DAFTAR PUSTAKA
Subandi, M. A. 2013. Psikologi
Agama & Kesehatan Mental. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jalaludin. 2007. Psikologi
Agama. Jakarta: Rajja Grafindo