Kesehatan
mental mengacu pada kognitif kita, atau kesejahteraan emosional- tentang bagaimana kita berpikir, merasa dan berperilaku.
Kesehatan mental, jika seseorang sehat mental, juga bisa berarti tidak adanya gangguan
mental. Kesehatan mental dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari, hubungan dan
bahkan kesehatan fisik. Kesehatan mental juga mencakup kemampuan seseorang untuk
menikmati hidup – untuk mencapai keseimbangan antara kegiatan hidup dan upaya untuk
mencapai ketahanan psikologis.
Menurut
kamus kedokteran Medilexicon, kesehatan mental adalah "emosional,
perilaku, dan kematangan social atau normalitas, tidak adanya gangguan mental
atau perilaku, keadaan psikologis kesejahteraan dimana telah mencapai integrasi
memuaskan dorongan insting seseorang diterima baik diri sendiri dan lingkungan sosialnya,
keseimbangan yang tepat dari cinta, kerja, dan kegiatan rekreasi "
A.
Sejarah Kesehatan mental
400 SM
Dokter Yunani Hippocrates
memperlakukan gangguan mental sebagai penyakit yang harus dipahami dalam hal fisiologi
terganggu, bukan refleksi dari ketidaksenangan para dewa atau bukti kerasukansetan,
karena mereka sering diperlakukan dengan tulisan-tulisan Mesir, India, Yunani,
danRomawi. Kemudian, penulis medisYunani ditetapkan pengobatan untuk orang
sakit mental yang meliputi tenang, pekerjaan, dan penggunaan obat-obatan seperti
hellebore.
Abad Pertengahan
Secaraumum, orang Eropa abad
pertengahan memungkinkan sakit mental diberi kebebasan karena mereka dianggap tidak
berbahaya. Namun, perlakuan yang kurang benar kepada orang dengan gangguan
mental juga lazim, dengan orang-orang sering dicap sebagai penyihir dan diasumsikan
dihuni oleh setan. Beberapa perintah agama, yang merawat orang sakit pada umumnya,
juga merawat sakit mental. Muslimarab, yang mendirikan panti-panti pada awal abad
ke-8, melakukan pendekatan quasi-ilmiah dari Yunani.
1407
Fasilitas pertama untuk
orang yang memiliki gangguan jiwa didirikan di Valencia, Spanyol, padatahun
1407.
1600
Di Eropa semakin mulai mengisolasi
orang sakit iwa, sering perumahan mereka dengan orang-orang cacat, gelandangan,
dan nakal. Mereka yang dianggap gila semakin diperlakukan tidak manusiawi,
sering dirantai kedinding dan disimpan di ruang bawahtanah.
1700-an
Kekhawatiran tentang pengobatan
orang sakit mental tumbuh ketitik bahwa reformasi perlu sesekali dilembagakan.
Setelah Revolusi Perancis, dokter Prancis Phillippe Pinel mengambil alih rumah sakit
jiwa BicĂȘtre dan melarang penggunaan rantai dan belenggu. Dia mengeluarkan pasien
dari ruang bawah tanah, dengan menyediakan mereka kamar yang cerah, dan juga memungkinkan
mereka untuk merasa nyaman. Namun di tempat lain, penganiayaan terus berlanjut.
1840
Dorothea Dix mengamati bahwa
orang-orang sakit jiwa di Massachusetts, baik laki-laki dan perempuan dan segala
usia, yang dipenjara dengan penjahat dan dibiarkan telanjang dan dalam kegelapan
dan tanpa pemanas atau kamar mandi. Banyak yang dirantai dan dipukuli. Selama
40 tahun kedepan, Dix akan melobi untuk membangun 32 rumah sakit pemerintah untuk
sakit mental. Pada tur Eropa pada 1854-1856.
1883
Penyakit mental dipelajari lebih
ilmiah sebagai psikiater Jerman Emil Kraepelin membedakan gangguan mental.
Meskipun penelitian berikutnya akan membuktikan beberapa temuannya, perbedaan mendasar
antara psikosis manic-depressive dan skizofrenia memegang peranan sampai hari ini.
1900-an
Perlakuan utama gangguan
mental neurotik, dan kadang-kadang psikosis, adalah terapi psikoanalisis
("berbicaraobat") yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan lain-lain,
seperti Carl Jung. Masyarakat masih memperlakukan mereka dengan psikosis,
termasuk skizofrenia, dengan hati-hati.
1908
Clifford Beers menerbitkan
otobiografinya, A Mind That
Found Itself. Menyerukan reformasi perawatan kesehatan mental di Amerika. Dalam
setahun, ia akan menjadi ujung tombak berdirinya Komite Nasional untuk Kesehatan
Mental, sebuah kelompok pendidikan dan advokasi. Organisasi ini akan berkembang
menjadi Asosiasi Kesehatan Mental Nasional.
B.
Konsep Mental
Seseorang dikatakan memiliki mental yang sehat,
bila ia terhindar dari gejala penyakit jiwa dan memanfatkan potensi yang
dimilikinya untuk menyelaraskan fungsi jiwa dalam dirinya. Golongan yang kurang
sehat mentalnya adalah orang yang merasa terganggu ketentraman hatinya. Adanya
abnormalitas mental ini biasanya disebabkan karena ketidakmampuan individu
dalam menghadapi kenyataan hidup, sehingga muncul konflik mental pada dirinya.
C. Perbedaan Kesehatan Mental Konsep Barat
dan Konsep Timur
Banyak
hal dalam kehidupan yang dipengaruhi oleh budaya, kesehatan mental dan gerakan
kesehatan mental juga dipengatuhi oleh budaya. Kebanyakan orang melihat
kebudayaan sebagai seperangkat pedoman yang memandu bagaimana mereka memandang
dunia, merespon secara emosional, dan berperilaku di dalamnya atau pedoman
untuk hidup. Pemahaman terhadap sesuatu adalah suatu hal yang cukup kuat
mendapat pengaruh budaya, sudut pandang terhadap suatu permasalahan seringkali
dipengaruhi oleh budaya yang melatar belakangi, baik dalam proses memahami masalah
atau pun dalam menyelesaikan masalah. Dalam kesehatan mental, faktor kebudayaan
juga memegang peran penting. Apakah seseorang itu dikatakan sehat atau sakit
mental bergantung pada kebudayaannya (Marsella dan White, 1984). Hubungan
kebudayaan dengan kesehatan mental dikemukakan oleh (Wallace, 1963) meliputi :
Kebudayaan yang mendukung dan
menghambat kesehatan mental.
Kebudayaan memberi peran tertentu
terhadap penderita gangguan mental.
Berbagai bentuk gangguan mental karena
faktor kultural, dan
Upaya peningkatan dan pencegahan
gannguan mental dalam telaah budaya.
Selain itu budaya juga mempengaruhi
tindakan penanganan yang dilakukan terhadap gangguan mental itu sendiri. Dengan
kata lain Konsep kesehatan mental pada suatu budaya tertentu harus dipahami
dari hal-hal yang dianggap mempunyai arti dan bermakna pada suatu budaya
tertentu, sehingga harus dipahami dari nilai-nilai dan falsafah suatu budaya
tertentu.
Ada perbedaan konsep kesehatan mental
budaya barat dan timur Barat lebih memandang kesehatan bersifat dualistik yaitu
mengibaratkan manusia sebagai mesin yang sangat dipengaruhi oleh dominasi
medis. Sedangkan Timur lebih bersifat holistik, yaitu melihat sehat lebih
secara menyeluruh saling berkaitan sehingga berpengaruh pada cara penanganan
terhadap penyakit.
Model-model Kesehatan Barat dan Timur
Model-model kesehatan muncul karena
banyaknya asumsi mengenai kesehatan, seperti halnya model kesehatan dari Barat
dan juga Timur. Akan tetapi, dalam model-model itu terdapat variasi yang
disebabkan karena adanya perbedaan budaya di antara model-model tersebut.
a)
Model Biomedis (Freund, 1991) memiliki
5 asumsi. Pertama, terdapat perbedaan yang nyata antara tubuh dan jiwa sehingga
penyakit diyakini berada pada suatu bagian tubuh tertentu. Kedua, penyakit
dapat direduksi pada gangguan fungsi tubuh, baik secara biokimia atau
neurofisiologis. Ketiga, setiap penyakit disebabkan oleh suatu agen khusus yang
berpotensi dapat diidentifikasi. Keempat, melihat tubuh sebagai suatu mesin.
Kelima, konsep tubuh adalah objel yang perlu diatur dan dikontrol.
b)
Model Psikiatris, merupakan model yang
berkaitan dengan model biomedis. Model ini masih mendasarkan diri pada
pencarian bukti-bukti fisik dari suatu oenyakit dan penggunaan treatmen fisik
obat-obatan atau pembedahan untuk mengoreksi abnormalitas.
c)
Model Psikosomatis (Tamm, 1993),
merupakan model yang muncul karena adanya ketidakpuasan terhadap model
biomedis. Model ini menyatakan bahwa tidak ada penyakit somatik yang tanpa
disebabkan oleh antesenden emosional dan atau sosial. Sebaliknya tidak ada
penyakit psikis yang tidak disertai oleh simtom-simtom somatik
Sumber :
Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan
Mental 1. Yogyakarta: Kanisius
.