EVOLUSI
Evolusi merupakan salah satu topik yang masih terus menjadi
perdebatan di dunia pendidikan biologi, dan merambah di kehidupan masyarakat
luas. Beberapa tokoh evolusionis berusaha untuk menjelaskan tentang peristiwa
evolusi, mereka dari berbagai sudut pandang yang masing-masing, sehingga
evolusi masih sulit untuk diterima oleh semua orang. Hal ini terkendala oleh
faktor X yang biasa dikenal dengan istilah
“Missing Links”. Hilangnya beberapa penghubung evolusi menjadikan kendala
yang masih sulit, untuk menghubungkan mata rantai kejadian evolusi dapat
dijelaskan secara terinci. Para ilmuwan yang menggunakan metode ilmiah terus
berusaha menyingkap kabut evolusi melalui sumber-sumber purbakala yang di
dapat. Bukti uji Palaentologi, evolusi biologi, dan lempeng tektonik.
Mendengar kata
‘evolusi’ tentulah kita dengan segera memikirkan Darwin dengan “teori
keranya”.Tetapi evolusi tidaklah hanya berkisar pada manusia dan kera.Berdasarkan asal
katanya, evolusi berasal dari bahasa latin yaitu evolvo yang berarti membuka gulungan, membuka lapisan, atau
menguraikan. Berdasarkan arti katanya, evolusi berasal dari bahasa Inggris
yaitu evolution yang berarti
perubahan atau perkembangan bertahap.
Pengenalan konsep
A.
Pengertian Evolusi
Evolusi
mempunyai arti suatu proses perubahan atau perkembangan secara bertahap dan
perlahan-lahan. Perubahan yang terjadi menuju ke arah semakin kompleksnya
struktur dan fungsi makhluk hidup dan semakin banyak ragam jenis yang ada.
Definisi lain tentang evolusi adalah proses perubahan yang
berlangsung sedikit demi sedikit, memakan waktu lama, dan menghasilkan
perkembangan spesies baru. Evolusi juga dapat diartikan sebagai suatu perubahan
secara bertahap dalam waktu yang lama akibat seleksi alam terhadap variasi gen
dalam suatu individu hingga menghasilkan perkembangan spesies baru.Spesies baru yang
terbentuk mengalami perkembangan dari sederhana menuju kompleks. ( Sudarno, 1994)
Evolusi adalah perubahan bertahap
pada rentang waktu yang sangat panjang.
Di dalam biologi, pengertian evolusi telah mengalami perkembangan, dimana
menurut Darwinisme: evolusi adalah perubahan bertahap pada rentang waktu yang
sangat panjang. Dengan berkembangnya genentika molekuler, para ilmuwan
mengembangkan teori evolusi komprehensip yang menggabungkan Darwinisme dengan
Mendelisme yang selanjutnya dikenal sebagai sintesis modern (modern syntesis),
yang artinya evolusi adalah perubahan frekuensi alel dari suatu populasi persatuan
waktu (Hendriani,Y. 2008).
B.
Teori-teori Evolusi
Kajian tentang evolusi
berdasarkan beberapa ilmuwan sangat beragam. Beberapa ilmuwan
mengklasifikasikan teori evolusi berdasarkan objek kajiannya. Menurut Amin (2009), berdasarkan obyek yang
mengalami evolusi, evolusi dibedakan menjadi dua, yaitu : evolusi anorganik dan
evolusi organik.
1.
Evolusi anorganik (evolusi
universe)adalah yang terjadi
pada lingkungan abiotik
Contohnya
: terjadinya bumi
2.
Evolusi organik adalah
perubahan yang terjadi pada lingkungan biotik dari generasi ke generasi.Contoh : asal-usul kehidupan
Saat ini
para ilmuwan telah memahami bahwa sifat suatu organisme ditentukan atau diatur
oleh subtansi kimia yang dikenal dengan DNA. Subtansi tersebut tersimpan di
dalam sel. Perubahan susunan kimia pada DNA akan menyebabkan perubahan sifat
organisme. Evolusi organisme dibedakan menjadi dua macam, yaitu evolusi
progresif dan evolusi regresif.
1.
Evolusi progresif, yaitu evolusi yang menghasilkan spesies yang memungkinkan
berlanjutnya kehidupan berikutnya.
2.
Evolusi regresif, yaitu evolusi yang menghasilkan spesies
yang tidak memungkinkandapat
berlanjutnya kehidupan berikutnya.
Bila setiap spesies
hasil perubahan secara turun menurun terus mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, suatu ketika akan dihasilkan turunan yang bervariasi dan
mengarah terbentuknya spesies baru. Terbentuknya variasi dan spesies baru akan
meningkatkan keanekaragaman hayati di planet bumi.
Sebagai Contoh
seleksi alam
misalnya yang terjadi pada ngengatbiston betularia. Ngengat Biston betularia putih sebelum terjadinya revolusi
industri jumlahnya lebih banyak daripada ngengat biston betularia
hitam. Namun setelah terjadinya revolusi
industri, jumlah ngengat biston betularia putih lebih sedikit
daripada ngengat Biston betularia
hitam. Namun setelah revolusi industri, udara di Inggris menjadi gelap oleh
asap dan debu industri, sehingga populasi ngengat Biston betularia putih menurun karena tidak dapat beradaptasi
dengan lingkungan, akibatnya mudah ditangkap oleh pemangsanya.
Berdasarkan
skala perubahannya evolusi dibedakan atasmakroevolusi dan mikroevolusi.
1.
Makroevolusiadalah perubahan evolusi yang dapat
mengakibatkan perubahan dalam skalayang besar. Adanya makroevolusi dapat
mengarah kepada terbentuknya species baru. Sebagai contoh makroevolusi adalah
kemunculan bulu selama evolusi burung dari dinosaurus teropoda.
2.
Mikroevolusiadalah proses evolusi yang hanya
mengakibatkan perubahan dalam skala kecil, yaitu mengarah pada perubahan
frekuensi gen atau kromosom. Ia juga disebut sebagai"perubahan di bawah
tingkat spesies".Perubahan ini disebabkan oleh empat proses yang berbeda: mutasi, seleksi (baik yang alami
maupun buatan), aliran gen, dan hanyutan genetik.
Evolusi berdasarkan hasil akhirnya
terbagi menjadi evolusi divergen dan konvergen.
1.
Evolusi
divergen, adalah proses evolusi yang perubahannya
berasal dari satu species menjadi banyak dua species yang berbeda. Contoh
jumlah jari nenek moyang vertebrata.
2.
Evolusi
konvergen, adalah proses evolusi yang
perubahannya menghasilkan 2 spesies memiliki perbedaan perkembangan
organ-organnya mirip yang menepati satu lingkungan. Contoh Lumba-lumba, duyung, dan ikan Hiu.
Gambar 1.1 Evolusi konvergen dan divergen (sumber: Budiyanto,
2011)
Kini
evolusi bisa dikatakan telah menjadi teori sentral dalam biologi modern
(Hendriani, 2008). Seperti yang
dikatakan dalam Farber (2003) tentang apa yang diucapkan Dobzansky (1973),
sebagian ahli biologi akan mengatakan bahwa “The Theory of evolution is central organizing theory of the life
sciences”. Teori evolusi merupakan pusat teori di dalam kehidupan alam.
C. Perkembangan Teori Evolusi
Teori
Evolusi mempelajari perubahan yang berangsur angsur menuju arah yang sesuai
dengan masa dan tempat. Teori evolusi mempelajari proses perubahan yang terjadi
pada makhluk hidup. Selain itu juga, teori evolusi juga mengalami evolusi atau
perubahan sesuai dengan perubahan jaman dan perkembangan teknologi.
Perkembangan teori evolusi tidak
lepas dari perkembangan bidang-bidang ilmu yang lain terkait dengan genetika,
biokimia, biologi molekuler, fisiologi dan lain-lain. Teori evolusi berkembang
sejalan dengan perubahan zaman dalam arus globalisasi. Dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan, maka teori evolusi mengalami perkembangan.Adapaun perkembangan teori evolusi terbagi menjadi teori
evolusi sebelum Darwin dan teori evolusi setelah Darwin.
1.
Teori Evolusi Sebelum
Darwin.
Sejarah munculnya teori-teori
evolusi sebenarnya baru dimulai pada tahun 1859, dengan dipublikasikan buku On the Origin of Species, meskipun
kebanyakan ide-ide Darwin kenyataannya telah ada sejak masa lampau.Kenyataan
bahwa bahwa makhluk hidup beraneka ragam dan megalami perubahan sudah teramati
sejak lama, namun hal ini tidak melahirkan konsep-konsep evolusi sebagaimana
yang terjadi pada masa Darwin.Parmenides menyatakan bahwa sesuatu yang terlihat
adalah suatu ilusi. Berbeda dengan apa yang dikemukakan Parmenides, Heraclitus
menyatakan bahwa dalam perjalanan hidupnya makhluk hidup selama mengalami
proses yang tetap Teori ini dikenal dengan teori Fixise. Berasal dari kata ‘Fixed’.,
artinya ‘unchanging’ atau tetap,
tidak berubah. Teori ini muncul satu atau dua abad sebelum teori Darwin. Pada
masa itu tidak pernah dipersoalkan mengenai hubungan kekerabatan antar satu
organisme dengan organisme lain. Semua kegiatan biologis dianggap tetap seperti
apa adanya, tidak ada perubahan. Namun para Naturalis
dan Philosohpy sering berspekulasi
bahwa ada terjadi transfomasi spesies.Para ahli yang mempertanyakan kebenaran
teori ‘Fixed’ misalnya: Maupertuis
ilmuwan dari Prancis, dan kakek Charles Darwin yaitu Erasmus
Darwin. Walaupun tidak ada pemikir-pemikir khusus yang mempersoalkan teori Fixed dengan penjelasan yang ilmiah
bahwa spesies berubah, namun sebenarnya terdapat perhatian dan minat yang kuat
berdasarkan kenyataan bahwa dapat saja satu spesies berubah menjadi spesies
kedua.
Pada 250 tahun sebelum Masehi,
Anaximander (Yunani) mengemukakan bahwa manusia berasal dari makhluk yang
menyerupai ikan. Pernyataan Empedocles yang berbau evolusi namun janggal
kedengarannya berbunyi bahwa manusia dan juga binatang lainnya berasal dari
bagian-bagian kepala, badan, dan tangan yang terpisah-pisah, yang pada makhluk
tertentu ketiganya tumbuh menjadi satu, sedangkan pada makhluk lain hanya
kepala dan badan yang tumbuh seperti pada ikan. Artinya ada yang pertumbuhannya
lengkap dan adapula yang tidak lengkap.
Ada beberapa penganut paham lain
yang mengelak terhadap adanya pengaturan atau tuntunan khusus seperti pada
vitalisme Para penganut paham lain ini berpegang pada teori Orthogenesis,
Nomogenesis, dan Aristogenesis yang menganggap bahwa makhluk hidup
itu berubah secara evolutif dan penentu perubahan itu adalah germ plasma.
Contoh: perkembangan bentuk dewasa manusia dinyatakan sudah ada sejak tingkat
embrio; Warna, bentuk, letak dan bentuk putik, serta serbuk sari telah ada pada
kuncup bunga. Perubahan pada kuncup menjadi bunga hanya memerlukan tenaga untuk
mekarnya sang bunga.
Ketiga teori ini mempunyai perbedaan
yaitu: Orthogenesis menitikberatkan perkembangan makhluk hidup pada
garis lurus artinya terjadi perkembangan yang semakin besar, semakin
bervariasi, namun semuanya bertolak dari yang sudah ada. Nomogenesis
menyatakan bahwa perkembangan hanya berlangsung sesuai dengan aturan
tertentu.Untuk setiap makhluk ada aturan tertentu yang mengikat.Aristogenesis
menyatakan bahwa perkembangan yang terjadi adalah perubahan menuju ke yang
lebih baik.
Beberapa tokoh dan peristiwa yang
mendukung dan dipandang dapat melahirkan teori evolusi antara lain Carolus
Linnaeus (Swedia) yang disebut sebagai bapak Sistematik, telah berhasil memberi
nama 4.235 spesies hewan dan 5.250
spesies tumbuhan menyatakan bahwa makhluk-makhluk hidup tersebut diciptakan dan
tetap (konstan), serta tergolong makhluk pertama yang benar-benar ada. Charles Bonnet (ahli pengetahuan alam)
percaya bahwa semua organisme, bahkan semua benda tak hidup mengalami proses
pembentukan melalui rantai/tangga yang panjang dantak terputus, tak
tersisipi. Rantai ini bermula dari mineral yang selanjutnya berkembang menjadi
bentuk yang semakin kompleks seperti tumbuhan, invertebrata, ikan, burung, dsb.
Pada zaman sebelum abad 18 yaitu 3
abad sebelum Masehi, di Yunani berkembang suatu paham bahwa organisme membentuk
suatu tangga yaitu tangga kehidupan atau tangga alam. Pada tangga kehidupan ini
yang berada di dasar adalah organisme yang sederhana, selanjutnya organisme
yang berada di atasnya adalah organisme yang lebih sempurna.Tetapi dalam hal
ini tidak disinggung hubungan antara organisme yang berada pada masing-masing
anak tangga, sehingga dapat dimengerti mengapa teori evolusi tidak lahir
melalui paham ini.Dikemudian hari beberapa pengikut evolusi menerima pendapat
tersebut dengan melihat pandangan yang semakin maju dan semakin
kompleks.Linnaeus, meskipun percaya adanya penciptaan tetapi tetap beranggapan
bahwa tangga kehidupan tersebut ada.
Cuvier (Perancis) yang mempunyai
pendapat yang sama dengan Linnaeus tentang penciptaan, mengemukakan bahwa pada
dasarnya evolusi itu tidak pernah terjadi. Cuvier berpendapat bahwa segala
sesuatu yang ada di bumi ini berasal dari proses penciptaan, spesies itu tetap
dan tidak pernah berubah.
Menurut Cuvier jika sekarang ini
dijumpai beragam fosil pada lapisan tanah yang berbeda maka hal itu disebabkan
terjadinya bencana alam.Bencana alam inilah yang melahirkan teori Catastrophisme.Melalui
teori ini Cuvier mengemukakan bahwa di bumi ini terjadi beberapa kali bencana
alam yang besar.Akibat bencana ini dijumpai makhluk-makhluk yang mati dan
memfosil.Fosil yang berbeda yang terletak pada strata yang berbeda adalah hasil
dari suatu ciptaan baru.Lebih jauh tentang fosil yang terletak pada setiap
strata oleh William Smith dikemukakan bahwa tiap strata mempunyai tipe fosil
yang khas dan semakin ke bawah fosil yang dikandung semakin jauh berbeda dengan
makhluk yang ada sekarang ini.
Berbeda dengan yang dikemukakan
Cuvier, Charles Lyell dalam bukunya “Principle of Geology” mengemukakan
bahwa terjadinya strata lapisan bumi yang mengandung fosil tidak karena
terjadinya bencana alam, tetapi berlangsung sedikit demi sedikit seperti yang
kita alami seperti sekarang ini. Teori ini
disebutUniformitarianisme, yaitu teori yang menyatakan bahwa bentuk dan struktur
bumi disebabkan oleh kekuatan angin, air, dan panas yang bekerja.Kekuatan
ini mempengaruhi bentuk
dan struktur bumi di masa lalu. Pendapat ini dikemudian hari memberikan
sumbangan yang besar terhadap perkembangan teori evolusi.
Erasmus Darwin pada tahun 1731 –
1802 menyatakan dalam bukunya “Zoonomia”
bahwa kehidupan bermula dari asal mula yang sama. Gagasan tersebut pula
yang kemudian mengilhami Charles Darwin dalam mengemukakan gagasannya pada
tahun 1859.Dikemudian hari gagasan tentang diwariskannya sifat yang didapat
dimunculkan oleh Jean Baptis Lamarck (1744 – 1829) dalam bukunya ‘Philosophie
Zoologique”, dan dikenal dengan teori adaptasi-transformasi.Ahli lain yang sejalan dengan pendapat
Lamarck adalah Count de Buffon yang menyatakan bahwa proses evolusi itu
berlandaskan pada diwariskannya sifat-sifat yang di dapat.
Teori ini didasarkan atas kenyataan
bahwa tidak ada satupun makluk hidup yang identik.Ada dua konsep evolusi yang
dikemukakan oleh Lamarck yaitu: Pertama,
spesies berubah dalam waktu lama menjadi spesies baru. Konsep ini yang sangat
berbeda dengan teori Darwin.Lamarck berpendapat bahwa dalam suatu periode
tertentu suatu spesies dapat berubah bentuk akibat suatu kebiasaan atau
latihan.Kedua, perubahan yang terjadi
tersebut dapat diturunkan.Gambar 1.2 menunjukkan perbedaan teori Lamarck dan
teori Darwin.
Gambar 1.2 (a) Transformasi menurut Lamarck dari
dua hal krusial yang dikemukakannya bahwa bentuk spesies dapat berubah
sejalan dengan waktu akibat adaptasi atau latihan dan perubahan itu
diturunkan. (b) Evolusi sebagaimana dibayangkan oleh Darwin. Darwin
berpendapat bahwa evolusi sebagimana pohon, setiap cabang merupakan garis
keturunan baru yang muncul, dan sebagian ada yang punah. (Sumber: Ridley,
1996 : 7)
|
Berpegang pada konsep yang
mengatakan bahwa organ-organ baru muncul sebagai respons atas tuntutan
lingkungan. Lamarck mengajukan postulat sebagai berikut: Ukuran organ sebanding
dengan penggunaannya. Hal ini berarti bahwa tiap perubahan yang terjadi karena
digunakan atau tidak digunakannya organ tersebut akan diwariskan kepada
generasi keturunannya. Peristiwa yang terjadi secara berulang-ulang akan
berakibat terjadinya pembaharuan bentuk dan fungsi. Contoh yang dipakai Lamarck
untuk menjelaskan teorinya adalah leher Jerapah.
Ia berpendapat bahwa leher jerapah
menjadi panjang akibat dari usaha atau kerja kerasnya ‘striving’ untuk mendapatkan daun-daun (makanan) yang terletak pada
dahan yang tinggi. Leher yang dipanjangkan inilah yang diwariskan. Dalam hal
ini Lamarck telah memperhitungkan faktor lingkungan dan memperkenalkan hukum Use
and Disuse yang artinya organ yang digunakan cenderung akan berkembang
sedangkan yang tidak digunakan cenderung akan menyusut. Teori Lamarck, oleh
para ahli sejarah disebut: adaptasi-transformasi.
Teori Lamarck dikenal dengan paham "use and disuse" dari
buku ‘Philosophie Zoologique’, diterbitkan pada tahun 1809.Kelebihan
teori Lamarck
1)
Mengemukakan ide dasar bahwa ada hubungan evolusi dengan lingkungan.
2)
Merupakan orang pertama yang mengemukakan teori evolusi
organik.
3)
Orang pertama yang mengarahkan perhatian manusia tentang
hubungan genotipe dengan lingkungan.
Kelemahan
teori Lamarck,
tidak dapat
menemukan bukti empiris yang mendukung hukum ‘use and disuse’.
Pendapat Weismann ini adalah
menentang pendapat Lamarck, Weismann menyatakan bahwa perubahan sel tubuh
karena pengaruh lingkungan tidak diwariskan. Untuk membuktikan pendapatnya
tersebut, Weismann melakukan percobaan sebagai berikut: mengawinkan 2 ekor
tikus yang masing-masing dipotong ekornya. Ternyata anak-anaknya tetap berekor.
Anak-anak tikus itu setelah dewasa dipotong ekornya dan dikawinkan sesamanaya,
ternyata anak-anaknya tetap berekor. Percobaan tersebut dilaksanakan 21 kali, ternyata
hasilnya tetap (Amin, 2009)
Dari
percobaan yang dilakukan tersebut maka akhirnya Weismann menarik kesimpulan
seperti berikut: 1) Perubahan sel tubuh karena pengaruh lingkungan tidak
diwariskan kepada generasi berikutnya; dan 2) Evolusi merupakan masalah
genetika, artinya evolusi adalah gejala seleksi alam terhadap faktor-faktor
genetika.
2.
Teori Evolusi Darwin
Charles Darwin
(1809-1882) memiliki nama panjang Charles Robert Darwin adalah ahli zoologi
yang berasal dari negara Inggris.
Charles Darwin disebut sebagai bapak evolusi karena memiliki data yang
lebih lengkap untuk menguatkan teori evolusi. Dalam bukunya On the Origin of Species by Means of Natural Selection or
the Preservation of Favoured Races in The Struggle for Life. Dalam bukunya ini
ditekankan bahwa untuk dapat bertahan hidup agar tidak punah perlu adanya
perjuangan untuk hidup. Buku ini diterbitkan pada tahun 1859.
Menurut Darwin, asal-usul kehidupan dan
spesies berdasar pada konsep “adaptasi pada lingkungan”. Gagasannya menyatakan
bahwa individu-individu yang beradaptasi pada habitatnya, akan menurunkan
sifat-sifat mereka pada keturunannya. Sifat-sifat yang menguntungkan ini
lama-kelamaan terakumulasi dan mengubah suatu individu menjadi spesies yang
sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya.Asal mula spesies telah
dipermasalahkan dengan pengertian bahwa apa yang dinamakan spesies (baru) terjadi
melalui seleksi alam, dan lingkungan hidup telah diperhitungkan. Suatiu
kelebihan dibandingkan dengan para pendahulunya, Charles Darwin telah menyadari
bahwa makhluk hidup tidak dapat lepas dari lingkungannya.
Bukunya yang lain ia merumuskan pandangan bahwa semua
jenis binatang berasal dari satu sel purba. Sel-sel purba ini menurut Darwin
diciptakan oleh Tuhan. Tahun 1871, terbit buku kedua Darwin, “The Descent of
Man (Asal Usul Manusia)”. Dalam buku ini, ia mengatakan: binatang yang
paling maju, yaitu kera, dengan proses struggle of life, sedikit demi
sedikit berubah, dan dalam jenisnya yang paling sempurna.
Teori evolusi Darwin merupakan teori yang didasar atas
fakta-fakta hasil observasi baik dari lingkungan sekitarnya maupun dari
peristiwa alam yang sesunggguhnya. Sebelumnya pada tahun 1858 Yoseph Hoken
menerbitkan bukunya yang berjudul On the Tendency of Species to Form
Variation, and on the Perpetuation of Varieties and Species by Natural Mean of
Sleection. Buku ini diterbitkan sebagai upaya menggabungkan pendapat
Charles Darwin dan Alfred Wallace.
Darwin dianggap sebagai pencetus teori evolusi, maka ia
dinobatkan sebagai bapak evolusi. Darwin tidak mengenyam pendidikan formal
dibidang biologi, tetapi mempunyai minat yang tinggi untuk mengetahui hal lain
dari makhluk hidup. Setelah
menyelesaikan pendidikannya di Cambridge, dan melakukan perjalanan mengelilingi
dunia dengan para ahli ilmu alam melalui ekspedisi H.M.S. Beagle (1832 – 1837) dan juga pada ekspedisi Beagle yang berikutnya(1837 – 1838) ke kepulauan Galapagos, Darwin
mengalami masa-masa yang paling krusial dalam kehidupannya berkenaan dengan
kenyataan yang terlihat di alam. Dalam ekspedisi ini yang dikerjakan oleh
Darwin adalah mengoleksi burung-burung (burung Finch) yang terdapat atau hidup di kepulauan Galapagos. Kenyataan
yang dilihat Darwin, bahwa terdapat variasi paruh burung Finch dari satu pulau dengan pulau yang lain di kepulauan
Galapagos.
Awalnya, Darwin menduga bahwa semua burung Finch yang terdapat di kepulauan
Galapagos adalah satu spesies, tetapi kenyataannya setiap pulau memiliki
spesies berbeda. Ia menduga bahwa burung-burung finch mengalami perubahan dari suatu nenek moyang yang sama. Dari
kenyataan ini Darwin menerima ide yang menyatakan bahwa spesies dapat berubah.Perbedaan paruh
pada burung Finch di kepulauan Galaphagos dapat dilihat pada Gambar 1.4 berikut.
Gambar 1.4 Perbedaan Paruh pada Burung Finch di Kepulauan Galaphagos
|
Tahap berikutnya, ia mengemukakan teori yang dapat
menjelaskan mengapa spesies berubah. Ia mencatat dalam buku catatannya bahwa
ada waktu dimana organisme berjuang untuk tetap hidup (survive). Teorinya tidak hanya menjelaskan mengapa spesies berubah,
tetapi juga mengapa mereka (burung finch)
terbentuk berjuang untuk hidup. Perjuangan untuk hidup (struggle for existence), menghasilkan adaptasi ciri-ciri atau
karakter terbaik yang dapat memunginkan organisme tersebut tetap survive kemudian menurunkan ciri-ciri
tersebut ke-offspring dan secara
otomatis meningkatkan frekuensi dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Sementara kenyataan lain menunjukkan bahwa lingkungan tidak pernah tetap,
tetapi selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Gagasan evolusi yang dicetuskan oleh Charles Darwin
diilhami oleh beberapa pendahulunya, antara lain (1) Erasmus, kakek Charles
Darwin, (2) Thomas Robert Malthus, ahli ekonomi, (3) Charles Lyell, yang ahli
geologi, (4) Jean Baptista Lamarck.
Erasmus Darwin dalam bukunya “Zoonomia”,
menyatakan bahwa kehidupan itu berasal dari asal mula yang sama, dan bahwa
respons fungsional akan diwariskan pada keturunannya. Thomas Robert Malthus
dalam bukunya Essay on the Principle Population bahwa tidak ada
keseimbangan antara pertambahan penduduk dan jumlah bahan makanan, artinya
adanya perjuangan untuk hidup dimana kenaikan produksi bahan makanan menurut
deret hitung sedangkan kenaikan jumlah penduduk menurut deret ukur.
Thomas Robert Maltus menarik bagi
Charles Darwin yang selanjutnya memunculkan kata, “perjuangan untuk hidup”.Dari
Charles Lyell, Darwin mendapat ilham tentang adanya variasi karena pengaruh
alam. Dalam bukunya “Priciple of Geology” C.
Lyell mengemukakan bahwa perubahan terus
menerus pada bumi, masih terus berlangsung hingga kini.
Walaupun gagasan Lamarck tidak disetujui Darwin
sepenuhnya, ia tidak menolak gagasan Lamarck tentang diwariskannya sifat yang
didapat (acquired character). Terjemahan Darwin tentang sifat yang
didapat, yang lebih berbeda dengan Lamarck adalah mengenai sejarah panjang
leher jerapah.
Teori evolusi
yang diajukan Darwin pada prinsipnya menyatakan bahwa perkembangan makhluk
hidup dipengaruhi oleh seleksi alam serta terjadinya variasi antarpopulasi.
Darwin juga menggunakan contoh jerapah untuk menerangkan teorinya, yang
sekaligus membuktikan kelemahan teori Lamarck. Menurut Darwin, pada dasarnya
telah ada variasi panjang leher pada populasi jerapah. Jerapah berleher pendek
kalah akibat kompetisi dengan jerapah berleher panjang, sehingga tidak dapat
melangsungkan kehidupannya. Pada akhirnya hanya tinggal populasi jerapah
berleher panjang yang bertahan di lingkungannya (hukum survival of fittest).
a.
Teori Seleksi Alam Darwin
Darwin telah menghabiskan waktu
sekitar 20 tahun untuk mengumpulkan data lapangan yang kemudian disusunnya
dalam suatu deretan fakta yang sangat banyak. Fakta tersebut menunjukkan dengan
jelas bahwa sesungguhnya evolusi terjadi di lingkungan makhluk hidup, dan atas
dasar fakta tersebut Darwin menrumuskan wawasannya tentang seleksi alam, dengan
mengemukakan 2 makna wawasan yaitu adanya evolusi organik dan evolusi organik
terjadi karena peristiwa seleksi alam.Ada enam fakta atau prinsip yang menjadi dasar teori seleksi alam Darwin
yakni:
1)
Fertilitas makhluk hidup yang tinggi
Oleh karena tingkat kesuburan
makhluk hidup yang tinggi, amka apabila tidak hambatan atas perkembangbiakan
suatu spesies dalam waktu yang singkat seluruh dunia tidak akan mampu
menampungnya. Akan tertapi kenyataan yang terjadi
tidaklah demikian, dan itulah merupakan fakta yang kedua.
2)
Jumlah individu secara keseluruhan yang hampir tidak
berubah
Sekalipun tingkat kesuburan tinggi
namun pada kenyataannya jumlah individu tidak melonjak tanpa terkendali.
Nampaknya ada faktor lain yang membatasi dan mengatur pertambahan jumlah
individu seuatu spesies di satu tempat. Faktor-faktor pembatas dan yang
mengatur jumlah indovidu itulah yang menyebabkan individu-individu yang
berhasil tetap hidup tidak banyak jumlahnya sekalipun banyak individu turunan
yang dihasilkan tetapi banyak juga yang mati. Secara keseluruhan faktor-faktor
pembatas itulah yang menjadi fakta ketiga.
3)
Perjuangan untuk hidup
Supaya dapat tetap hidup setiap
makhluk hidup harus “berjuang” baik secara aktif maupun pasif. Pada umumnya
perjuangan untuk hidup terjadi karena adanya Persaingan, baik antar
individu sespesies atupun yang berlainan spesies; Pemangsaan, termasuk
juga parasitisme; Perjuangan terhadap alam lingkungan yang tidak hidup
seperti iklim, dsb.
4)
Keanekaragaman dan hereditas
Makhluk hidup baik tumbuhan maupun
hewan sangat beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut antara lain berkenaan
dengan struktur, tingkah laku, maupun aktifitas. Keanekaragaman terlihat mulai
dari tingkat antarfilum/antar divisi, antarklas sampai dengan atar individu se
spesies bahkan anatr individu seketurunan. Tidak sedikit ciri yang menyebankan
keaneragaman tersebut diturunkan kepada generasi keturunannya, artinya dari
generasi ke generasi selalu terdapat keanekaragaman bahkan karena berbagai
sebab keanekaragaman tersebut bertambah luas.
Adanya keanekaragaman itulah yang
menyebabkan keberhasilan “perjuangan untuk hidup” tidak sama antar satu individu dengan
individu lainnya. Dalam hal ini ada individu yang tidak mustahil jauh lebih
berhasil dari yang lainnya. Itu pula alasannya sehingga banyak individu yang
mati lebih awal dan pada akhirnya individu pada generasi turunan tidak terlalu
melonjak jumlahnya sekalipun individu turunan yang dihasilkan sebenarnya sangat
banyak.
5)
Seleksi alam
Kenyataan terdapatnya keberhasilan
“perjuangan untuk hidup” yang tidak sama antar individu disebabkan ada individu
yang lebih sesuai karena memiliki ciri-ciri yang lebih sesuai dari yang
lainnya. Individu yang lebih sesuai inilah yang lebih berhasil dalam
“perjuangan untuk hidup”. Individu yang lebih berhasil inilah yang mempunyai
peluang lebih besar untuk melanjutkan keturunan dan sekaligus mewariskan
ciri-cirinya pada generasi turunannya. Sebaliknya individu yang kurang berhasil
lama kelamaan akan tersisih dari generasi ke generasi.
6)
Lingkungan yang terus berubah
Dalam situasi lingkungan yang terus
mengalami perubahan, makhluk hidup harus terus menerus mengadakan penyesuaian
melalui “perjuangan untuk hidup” yang tiada hentinya.Artinya peristiwa seleksi
alam berlangsung tiada hentinya dan sebagai akibatnya pada generasi tertentu
akan muncul individu yang memiliki ciri-ciri yang semakin adaptif serta
spesifik bagi situasi lingkungan yang melingkupi.
b.
Pokok-pokok pikiran teori evolusi Darwin
Berdasarkan
pokok-pokok pikiran tersebut, Darwin mengemukakan dua teori pokok tentang
evolusi, yaitu: 1) Spesies yang hidup sekarang berasal
dari spesies-spesies yang hidup pada masa lampau;
2) Evolusi terjadi karena adanya seleksi alam. Hanya
individu-individu yang dapat menyesuaikan diri dengan alam lingkungan yang
mampu hidup terus, sedangkan yang lainnya akan punah.
Konsep perubahan secara evolusi dari makhluk hidup
merupakan kesimpulan Darwin dari adanya fosil-fosil yang ditemukan pada
permulaan abad 19.Apa yang ditemukan tersebut berbeda dengan makhluk yang ada
sekarang dan walaupun tidak sepenuhnya meyakinkan, fosil pada lapisan berbeda,
berbeda pula dan dari lapisan satu ke lapisan berikutnya. Terlihat
adanya perubahan berkesinambungan, meskipun tidak sepenuhnya dan hanya
lokasi-lokasi tertentu. Dan juga penting untuk kejelasan kesinambungan tersebut
perlu pengamatan dan interpretasi yang tajam. Kesinambungan yang didasarkan
pada kemiripan fosil-fosil tersebut, bagi para ahli dapat memberikan gambaran
prediktif akan bentuk-bentuk fosil yang diharapkan dapat ditemukan.
Darwin merumuskan
teori evolusi sebagai teori seleksi alam, yang kemudian secara utuh dan lengkap
dituangkan dalam bukunya yang berjudul “On The
Origin of Species by
Means of Natural Selection, or The Preservation of Favoured races”. Makna utama dari
wawasan Darwin dalam teori ini adalah bahwa evolusi biologis terjadi karena
peristiwa seleksi alam. Darwin mengartikan seleksi alam sebagai suatu
perjuangan atau perkelahian langsung antar individu sejenis atau antar spesies.
c.
Pokok
pikiran Darwin tentang Evolusi Manusia
Selama
ini toeri evolusi yang sering identik dengan teori evolusi Darwin adalah
evolusi manusia yang berkembang dari kera. Didalam bukunya Darwin menggambarkan
bagaimana perkembangan manusia modern ini berasal dari manusia sebelumnya.
Manusia sebelumnya yang digambarkan oleh Darwin memiliki ciri-ciri yang hampir
mirip dengan kera. Dengan begitu banyak ilmuwan yang membantah gambaran evolusi
manusia oleh Darwin. Padahal Darwin tidak pernah mengatakan bahwa manusia
berasal dari kera. Manusia dan kera mempunyai jalur evolusi yang berbeda.
Dasar
proses evolusi menurut Darwin adalah adanya seleksi alam mengakibatkan
perubahan yang bersifat menurun. Tetapi seleksi alam bukan berarti spesies yang
dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan alam cenderung untuk berubah dan
bertambah. Selanjutnya dengan perkembangan ilmu dan tehnologi dapat menjelaskan
mengapa Darwin membuat gambaran tentang evolusi manusia.
3.
Teori
evolusi setelah Darwin
Masa
ini sering dikatakan sebagai neo-Darwinisme.
Para ahli menemukan bahwa ilmu genetika sangat perlu untuk
menjelaskan proses evolusi. Selain itu semua sifat yang dimiliki oleh suatu
organisme dapat digunakan untuk menunjang teori evolusi. Pelopor penelitian
dalam bidang genetika, yakni J. G. Mendel mengemukakan teori genetika yang
menyangkut adanya sejumlah sifat yang dikode oleh satu macam gen. Teori
genetika dapat menjelaskan darimana keanekaragaman pada makhluk hidup.
Dengan
berbagai perkembangan dalam ilmu biologi, khususnya genetika maka kemudian
teori evolusi Darwin diperkaya. Secara singkat, proses evolusi oleh seleksi
alam (neo-Darwinian) terjadi kareana adanya :
a)
Perubahan
frekuensi gen dari satu generasi ke generasi berikutnya.
b)
Perubahan
da genotipe yang terakumulasi seiring berjalannya waktu.
c)
Produksi
varian baru melalui pada materi genetik yang diturunkan (DNA//RNA).
d)
Kompetisi
antara individu karena keberadaan besaran individu melebihi sumber daya
lingkungan tidak cukup untuk menyokongnya.
e)
Generasi
berikutnya mewarisi”kombinasi gen yang sukses” dari individu fertil (dan
beruntung) yang masih dapat bertahan hidup dari kompetisi.
Setelaha
neo-Darwinisme diikuti masa evolusi modern.Teori
evolusi modern berpandangan bahwa sifat-sifat benda hidup berubah dengan
bertambahnya waktu dan perubahan ini diarahkan oleh seleksi alam. Perubahan
pada individu sepanjang hidupnya menyangkut suatu populasi dalam beberapa
generasi. Suatu individu tidak dapat dikatakan mengalami evolusi, tetapi
populasilah yang mengalami hal tersebut.
Perubahan
yang diperoleh individu adalah perubahan dalam ekspresi dari potensi
pertumbuhan yang dikandung gen yang dibawa. Di dalam populasi baik komposisi
maupun ekspresi dari potensi pertumbuhan dapat mengalami pertumbuhan. Perubahan
komposisi genetis inilah yang disebut evolusi. Di alam terdapat dua faktor yang
bekerja secara harmonis yaitu factor penyebab keanekaragaman dan faktor yang
bekerja untuk mempertahankan keutuhan suatu jenis.
Pada masa ini, para ahli tidak hanya
bekerja dengan data morfologi, anatomi, dan penurunan genetika dalam
mempelajari evolusi, tetapi, para ahli pada masa ini menggunakan pendekatan
molekuler, dan fisiologis. Dengan demikian dapat ditentukan bahwa suatu
organisme berkerabat dekat atau jauh terhadap organisme lainnya dari perbedaan
dalam semua aspek yang mungkin dipelajari.
Sumber : http://evolusiblog.wordpress.com/handout/perkembangan-teori-evolusi/